Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Aku Anak "Sopir Angkot" Yang Menjadi Direktur Besar Di New York!!! Namun Karena " Alasan Ini " Aku Memutuskan Untuk Kembali Ke Negeri Tercintaku, Indonesia???

Aku Anak  "Sopir Angkot" Yang Menjadi Direktur Besar Di New York!!! Namun Karena " Alasan Ini " Aku Memutuskan Untuk Kembali Ke Negeri Tercintaku, Indonesia???


Aku adalah anak sopir angkot yang menjadi direktur besar di New York. Namun karena alasan ini aku memutuskan untuk kembali ke negeri tercintaku Indonesia. Waktu kecil, Iwan hanya ingin memiliki kamar tidur sendiri. itu saja. Untuk mewujudkan impian ini ternyata ia sampai harus bekerja di New York, Amerika Serikat. Berangkat dari perjuangannya sebagai seorang anak sopir angkot di Kota Apel, Malang, Iwan bisa sukses menjadi Direktur di salah satu perusahaan multinasional dan berkantor di Kota Big Apple, New York. Kisah inspiratif Iwan ini dituangkan dalam novel berjudul "9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke Big Apple"

Nggak ada yang nggak mungkin dan nggak ada hasil yang mengkhianati usaha memang benar dan dapat dilihat dari apa yang dijalani Iwan Setyawan yang kini sudah jadi orang sukses. Ia lahir di Malang, 2 Desember 1974 di rumah berukuran 6 x 7 meter persegi. Hanya ada dua kamar dalam rumah itu sehingga ia harus berbagi ruang dengan bapak, ibu, serta empat saudara perempuannya. Ia tidur berpindah-pindah dari kamar orangtuanya ke kamar saudara-saudaranya ke ruang TV sampai tidur bersama kakek neneknya yang rumahnya bersebelahan dengan rumahnya.

Bapaknya seorang sopir angkot yang menempuh pendidikan sampai kelas 2 SMP dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Karena itulah, mereka ingin anak-anaknya mendapat pendidikan yang lebih baik. Ibunya percaya bahwa pendidikan bisa mengubah hidup seseorang, prinsipnya, semua anaknya harus menempuh pendidikan minimal sampai universitas. Perjuangan ibunya juga menginspirasi Iwan untuk belajar lebih rajin dan jadi orang sukses.

Impian Iwan saat SMP sangat sederhana, yaitu ingin memiliki kamar sendiri yang kalau malam bisa ditutup pintunya lalu mengarungi dunia sendiri. Namun Iwan berpikir, meminta dibuatkan kamar sendiri adalah permintaan yang nggak masuk akal. Kayak nggak punya hati, minta dibikinkan kamar sendiri sedangkan keadaan seperti itu. Impian ini dipendamnya sendiri. Ia lalu melanjutkan SMA di Batu, Malang.

Berkat kepandaiannya semasa SMA, Iwan mendapatkan tawaran untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Awalnya ia bimbang akan melanjutkan pendidikan. Apalagi kalau bukan biaya yang jadi masalahnya. Keluarganya juga masih punya tanggungan dua adik perempuannya. Sang Ibu lalu meyakinkan Iwan agar tetap kuliah bagaimanapun caranya. Sang Ayah menjual satu-satunya angkot yang merupakan harta berharga keluarga itu dan beralih profesi menjadi sopir truk. Iwan pun berhasil masuk jurusan Statistika IPB. Tahun pertama dan kedua kuliah, Iwan kesulitan. Kepandaiannya di SMA asalnya di Batu tak ada apa-apanya dibandingkan teman-temannya yang anak olimpiade.

Tapi Iwan toh lalu berhasil lulus juga dari Statistika ITB setelah kuliah empat tahun dengan predikat lulusan terbaik pada tahun 1997. Ia lalu bekerja di Nielsen dan Danareksa Research Institute Jakarta selama tiga tahun sebelum akhirnya ditawari untuk bekerja di New York masih pada bidang yang sama. Karirnya mulai menanjak ketika ia menduduki posisi Senior Manager Operations. Ia bahkan mencapai posisi Director Internal Client Management Data Analysis and Consulting Nielsen Consumer Research New York.
Sepuluh tahun meniti karir di negeri orang sampai mencapai posisi yang gemilang, Iwan Setyawan memilih pulang. Tentu saja keputusannya dianggap gila oleh banyak orang. Sudah hidup enak, di Amerika pula, ngapain pulang ke Malang? Jawabannya sederhana saja, "Saya ingin membangun kamar sendiri di rumah, di Malang."
Dari kisah Iwan Setyawan yang orang biasa bisa sesukses itu kita bisa belajar dua hal: pertama, jalan menuju kesuksesan memang nggak mudah, makanya kita harus selalu berjuang bagaimanapun halangan merintang di hadapan kita. Kedua, kekurangan bukan alasan untuk menyerah. Dari keinginan sederhana, bisa jadi impian yang mewujud nyata bahkan lebih besar dari keinginanmu sebenarnya. Kisah inspiratif orang sukses, Iwan Setyawan, ini semoga menginspirasi anda.

No comments:

Post a Comment

 
DI JUAL TANAH KAVLING
PERKEBUNAN
LT 500 M2 45JUTA SAJA
0812-9665-0889

Entri Populer

Powered by Blogger.