cara memelihara ayam hutan tangkapan termasuk hal yang cukup sulit dilakukan, alasannya ayam hutan memiliki perangai atau sifat bawaan yang liar, gampang stress, takut dengan dunia luar. Ayam hutan tangkapan memiliki habitat atau ligkungan hidup di dalam hutan atau pinggiran hutan disekitar perkampungan atau desa. Karena sifat dasarnya inilah, ayam hutan hijau termasuk sulit ditangkarkan atau dikembang biakkan, sangat sensitif dengan benda benda abnormal termasuk bau-bauan ibarat rokok dan asap kendaraan.
Jika ayam hutan liar merasa terganggu, maka ayam akan stress dan karenanya mati. Jika ayam hutan tangkapan kita masukkan ke dalam sangkar, dan tiba tiba ada orang tiba atau ada kelebatan insan atau kucing maka ayam hutan akan melompat-lompat hingga kepala membentur-bentur atap sangkar. Jika sangkar tidak kita beri spon busa atau kain goni, tentu kepala ayam akan berdarah-darah. Untuk itulah, sebelum mebeli ayam hutan tangkapan, kita perlu menyiapkan dulu sangkar beserta pelapis busa di bab atap serta selubung di bab samping.
cara menjinakkan ayam hutan liar hasil tangkapan
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa ayam hutan intinya liar, maka sejinak apapun ayam hutan yang telah kita pelihara akan muncul sifat aslinya, yaitu ketika ayam dalam keadaan kaget, tidak nyaman atau pun ayam sedang galau.
Apalagi kalau ayam yang kita pelihara merupakan hasil tangkapan yang belum jinak, begitu masuk kandang, ayam hutan liar akan pribadi pontang-panting tidak menentu dan sanggup dipastikan kepalanya akan terluka dan berdarah-darah. Oleh alasannya itu ada beberapa tips yang kita lakukan untuk menjinakkan ayam hutan liar, yaitu :
- Siapkan sangkar atau sangkar, pakan, dan minuman ayam hutan tangkapan.Makanan terdiri dari jagung, gabah, dan BR. Boleh juga sediakan pepaya matang sebagai pengganti air minum biar ayam tidak pilek, alasannya ayam yang amat kehausan sering minum dengan memasukkan seluruh paruh ke dalam air hingga masuk hidung dan berakibat pilek. Jangan lupa, lengkapi sangkar dengan goni atau busa di bab atasnya dan selubung kain atau koran disekeliling sangkar.
- Sangkar ini sanggup kita pakai juga untuk menaruh ayam hutan jinak yang habis menjalani perjalanan atau pergantian pemilik. tujuannya ialah untuk melindunig kepala biar tidak berdarah darah alasannya menabrak atap maupun jeruji. Tanpa sangkar ini, ayam hutan akan terluka kepalnya, stress dan biasanya berakhir dengan kematian.
- Masukkan ayam hutan liar hasil tangkapan ke dalam sangkar dan taruh ditempat yang sepi biar menyesuaikan diri secara perlahan dan mau makan untuk memulihkan staminanya dulu. Perlu diingat masakan sebaiknya cukup untuk dua hari biar ayam hutan tidak terganggu. Anda tidak perlu takut jikalau bulu rusak, kelak akan tumbuh lagi bulu yang indah bila sudah jinak. Yang terpenting ialah kepala jangan hingga hancur alasannya benturan yang bertubi-tubi.
- Selanjutnya sehabis bertahan sekitar 1-2 minggu, saatnya masa penjinakan. masa penjinakan perlu kesabaran dan keuletan. Setiap pagi, mandikan ayam hutan dengan semprot sprayer, selanjutnya diguyur hingga lembap kuyup dan tidak pontang-panting lagi. Ganti pakan dan air minum setiap hari, usahakan dalam mengganti makan dan minum dari atas biar ayam tidak melompat-lompat. Jadianda perlu menciptakan pintu dari atas sangkar.
- tempatkan sangkar di daerah lalulalang keluarga anda sambil dijemur, biar ayam terbiasa dengn lingkungan, sehabis mulai mengering pindah ditempat teduh namun daerah kemudian lalang juga. Biasanya 5 hari sudah tidak nglabrak-nglabrak lagi. Usahakan secara sedikit demi sedikit biar ayam mau makan voer/Br saja. Caranya kurangi gabungan jagung atau gabah, dan tambah porsi jumlah voer.
- Seringlah diberi jangkrik degan lidi atau serangga lain. Awalnya dengan lidi panjang, selanjutnya kurangi panjang lidi hingga akhirnya ayam terbiasa makan dari tangan kita.Ada kalanya ayam tidak tertarik, maka buatlah ayam kelaparan dulu sehingga terpaksa mau makan dari tangan kita.
- Dalam proses penjinakan sebaiknya ayam masih berumur dibawah 6 bulan, alasannya usia diatas 6 bulan cukup sulit dijinakkan.