Berdasarkan jenis cerita, narasi dibagi menjadi dua macam, yaitu narasi fiksi dan nonfiksi. Narasi fiksi yaitu narasi yang hanya merupakan dongeng rekaan, khayalan, atau imajinasi. Jenis karangan ini terlihat pada cerpen, hikayat, dongeng, novel dan lain-lain. Sedangkan narasi nonfiksi yaitu karangan yang mengisahkan insiden yang benar-benar terjadi, menyerupai biografi, laporan perjalanan, dan lain-lain.
Ini sebuah teladan karangan narasi yang bersumber dari http://smpn2banyuasin1.wordpress.com
sebuah pengalaman yang menhesankan
Ketika bangkit pada hari Senin pagi, saya sangat terkejut sebab melihat jam di kamar telah menawarkan pukul 06.30 WIB. Aku pribadi bangkit dan menuju ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi tiba-tiba saya terpeleset dan hampir saja mencederaiku.
Setelah mandi, saya berpakaian sekolah, sarapan pagi kemudian berangkat sekolah dengan memakai sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas. Karena hari itu hari senin (ada upacara bendera) saya pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi saya kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalan motorku mogok, sehabis diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk mencari daerah penjualan bensin eceran. Untunglah daerah penjualan bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan pribadi tancap gas menuju ke sekolah.
Setibanya di sekolah ternyata murid-murid sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika upacara dimulai kepala sekolah pribadi memberi pengarahan wacana tata tertib sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang guru untuk mengusut kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku.
Dengan rambutku yang tak karuan, saya pribadi masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut memiliki pekerjaan rumah (PR) dan saya lupa mengerjakan kiprah tersebut kemudian dieksekusi oleh guru untuk membuat kiprah itu sebanyak tiga kali.
Aku pribadi mengerjakan kiprah itu. Sebelum saya mengerjakannya jam pelajaran pun habis kemudian saya disuruh menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan kiprah itu, teman-teman ribut di kelas sebab jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun bermain di kelas sehingga saya pun merasa terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak bahagia dan tidak terima atas teguranku. Temanku tadi pribadi merobek kiprah yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan tanpa basa-basi lagi saya pribadi menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menuntaskan problem tersebut. Aku ceritakan problem tersebut dan kami pun disuruh untuk bermaaf-maafan. Setelah itu kami disuruh untuk melupakan problem tersebut, hasilnya lonceng pun berbunyi menerangkan pulang sekolah. Kami pun pribadi pulang ke rumah. Setibanya di rumah saya merasa bahagia sebab permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita wacana kejadian-kejadian yang saya alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang tuaku pun menasehati supaya selalu mengerjakan kiprah tersebut dan mentaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah.